IMPLEMENTASI PERILAKU GOTONG ROYONG DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT PERKOTAAN BULUKUMBA

KARYA TULIS ILMIAH

IMPLEMENTASI PERILAKU GOTONG ROYONG DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT PERKOTAAN BULUKUMBA

Disusun Oleh :

KELOMPOK

ARIDA MEITYA ARIFIN ( SMPN 2 BULUKUMBA)

A. USWAH HANAFI (SMPN 1 BULUKUMBA)

SYAHRUL FATWA DM (SMPN 1 BONTOBAHARI)

A.M. FAISAL ICHSAN (SMPN 1 BULUKUMBA)

MUSDAR ISMAIL (SMPN 3 BULUKUMBA)


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah swt, karena atas karunianya karya tulis ilmiah ini yang berjudul “IMPLEMENTASI PERILAKU GOTONG ROYONG MASYARAKAT PERKOTAAN BULUKUMBA”, dapat terselesaikan.

Karya tulis ini tidak mungkin selesai tanpa bantuan dan dukungan pihak lain. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Kepada orang tua penulis, yang dengan susah payah memberikan dukungan moral dan materi kepada penulis.

2. Kepada LIPI, BP-PLSP Perkemahan Ilmiah Remaja tahun 2007.

3. Kepada Dinas Pendidikan Kab. Bulukumba.

4. Kepada para pendamping PIR 2007.

5. Kepada bapak kepala sekolah yang mendukung PIR 2007

6. Teman- teman dan pihak lain yang turut membantu baik secara moral maupun secara material.

Penulis juga menyadari bahwa karya tulis ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Penulis juga berharap karya ini bermanfaat bagi masyarakat dan negara tercinta.

Bulukumba, Mei 2007

Penulis


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gotong royong merupakan salah satu ciri khas bangsa Indonesia khususnya Kab. Bulukumba, sebagaimana yang tertuang dalam pancasila yaitu sila ke- 3 “Persatuan Indonesia”. Perilaku gotong royong yang telah dimiliki Bangsa Indonesia sejak dahulu kala. Gotong royong merupakan keperibadian bangsa dan merupakan budaya yang telah berakar kuat dalam kehidupan masyarakat. Gotong royong tumbuh dari kita sendiri, prilaku dari masyarakat.

Namun seiring dengan waktu yang berjalan, perilaku kegotong royongan mulai memudar akibat pengaruh dari budaya luar yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia khususnya di Kab. Bulukumba. Seperti budaya individualisme dan materialisme yang telah merambah daerah perkotaan.

Oleh karena itu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh budaya individualisme pada masyarakat, maka melalui penelitian ini kami mencari fakta pengaruh budaya individualisme dan materialisme ini.

B. Rumusan Masalah

  1. Apakah masyarakat perkotaan di Bulukumba masih menerapkan perilaku gotong royong ?
  1. Bagaimana bentuk gotong royong dalam masyarakat perkotaan di Bulukumba ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat dituliskan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui apakah masyarakat masih menerapkan gotong royong dalam kehidupan masyarakat.
  2. Untuk mengetahui bentuk gotong royong dalam masyarakat perkotaan di Bulukumba.

D. Manfaat Penelitian

1. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang penerapan kegiatan gotong royong dalam masyarakat perkotaan.

2. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat luas tentang implementasi bentuk gotong royong pada masyarakat perkotaan di Bulukumba.


BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

A. KAJIAN TEORI

1. Pengertian Gotong Royong

Gotong royong adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dan bersifat suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan dengan lancar, mudah dan ringan.

Contoh kegiatan yang dapat dilakukan secara bergotong royong antara lain pembangunan fasilitas umum dan membersihkan lingkungan sekitar.

Sikap gotong royong itu seharusnya dimiliki oleh seluruh elemen atau lapisan masyarakat yang ada di Kota Bulukumba. Karena, dengan adanya kesadaran setiap elemen atau lapisan masyarakat melakukan setiap kegiatan dengan cara bergotong royong. Dengan demikian segala sesuatu yang akan dikerjakan dapat lebih mudah dan cepat diselesaikan dan pastinya pembangunan di daerah tersebut akan semakin lancar dan maju. Bukan itu saja, tetapi dengan adanya kesadaran setiap elemen atau lapisan masyarakat dalam menerapkan perilaku gotong royong maka hubungan persaudaraan atau silaturahim akan semakin erat.

Dibandingkan dengan cara individualisme yang mementingkan diri sendiri maka akan memperlambat pembangunan di suatu daerah. Karena individualisme itu dapat menimbulkan keserakahan dan kesenjangan diantara masyarakat di kota tersebut.

Perubahan ekonomi Indonesia di bawah rezim Soeharto memungkinkan masuknya modal asing dan liberalisasi. Nilai-nilai budaya mulai dengan deras masuk dan menjadi bagian dari hidup masyarakat Indonesia. Kehidupan perekonomian masyarakat berangsur-angsur berubah dari ekonomi agraris ke industri. Indusri berkembang maju dan pada zaman sekarang tatanan kehidupan lebih banyak didasarkan pada pertimbangan ekonomi, sehingga bersifat materialistik. Maka nilai kegotong royongan pada masyarakat telah memudar.

B. Kerangka Pikir

Menanam padi

– Memanen padi

– Membersihkan masjid

– Membersihkan lingkungan sekitar

IMPLEMENTASI PERILAKU GOTONG ROYONG MASYARAKAT PERKOTAAN DI BULUKUMBA

– Masyarakat

– Pemerintah

Masalah:

– Kurangnya kesadaran warga tentang pentingnya gotong royong

– Kurangnya peran serta elemen atau lapisan masyarakat

– Kurangnya dukungan dari pemerintah

– Pengaruh budaya luar yang individualis dan materialis

Dampak:

– Memudarnya penerapan gotong royong masyarakat perkotaan di Bulukumba

– Timbulnya kesenjangan antar elemen masyarakat


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan ialah metode penelitian deskriptif. Metode diskriptif ialah sebuah metode yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu gejala atau suatu masyarakat tertentu. Metode tersebut adalah metode penelitian yang bertujuan sejauh mana penerapan kegotong royongan dalam masyarakat perkotaan di Kab. Bulukumba.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu dan tempat penelitian diuraikan sebagai berikut :

1. Waktu

Penelitian dilaksanakan dalam 3 tahapan. Tahapan persiapan, penerapan atau tahap pelaksanaan,dan tahap penyelesaian

a. Tahap persiapan

Tahap persiapan adalah tahap untuk merencanakan penelitian. Pada tahap tersebut dilakukan identifikasi terhadap berbagai kebutuhan selama penelitian berlangsung. Hal tersebut berupa menentukan tema masalah, menyusun jadwal penelitian, menyiapkan instrumen peneitian, melakukan observasi awal, dan mencari referensi yang mampu menunjang kegiatan penelitian.

Tahap persiapan dilaksanakan pada tanggal 1 s/d 2 Mei 2007.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan adalah tahapan melaksanakan penelitian. Yaitu dilakukan dengan cara turun langsung ke lokasi penelitian dan melakukan wawancara terhadap responden.

Tahap pelaksanaan dilaksanakan pada tanggal 3 Mei 2007.

c. Tahap Penyelesaian

Tahap penyelesaian adalah tahap pembuatan karya tulis, olah data hingga penyelesaian karya tulis berupa pengetikan.

Tahap tersebut dilaksanakan pada tanggal 3 s/d 4 Mei 2007.

  1. Tempat

Penelitian bertempat di obyek penelitian . Obyek penelitian ialah di perkotaan Bulukumba.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel dalam penelitian diuraikan sebagai berikut :

  1. Populasi

Yang menjadi populasi dalam penelitian ialah elemen masyarakat yang bermukim di kota Bulukumba.

2. Sampel

Pengambilan sampel menggunakan teknik sampel random sampling (pengambilan sampel secara acak sederhana).

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Kuesioner atau daftar pertanyaan yang disebarkan kepada responden berjumlah enam belas pertanyaan ditambah beberapa pertanyaan mengenai identitas responden.

2. Observasi

Observasi dilakukan untuk mendapatkan data-data dari objek penelitian untuk memperoleh gambaran secara langsung tentang apa yang dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di Kota Bulukumba.

3. Wawancara

Metode wawancara, yaitu penulis melakukan penyampaian pertanyaan-pertanyaan ke responden secara lisan dengan menggunakan panduan wawancara.

4. Kepustakaan

Study pustaka adalah pengambilan data-data yang akan digunakan dalam penelitian dari literatur berupa buku-buku kutipan dan data yang diperoleh di luar dari hasil temuan lapangan.

E. Teknik Analisis Data

1. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif, yaitu penganalisisan tentang pengaruh implementasi perilaku gotong royong masyarakat perkotaan di Bulukumba.

Data yang digunakan ialah data primer. Data primer adalah data yang diperoleh dari penulis secara langsung.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian

Untuk mengetahui respon dari masyarakat tentang implementasi perilaku gotong royong di masyarakat perkotaan di Bulukumba, dilakukan penelitian, terhadap 28 responden.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 1

Masyarakat Bulukumba gemar bergotong royong

No

Jawaban Responden

Frekuensi

Persentase(%)

Keterangan

1

Ya

21

75

2

Tidak

2

7.14

3

Ragu

5

17.86

Menurut hasil kuesioner dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 21 responden dengan persentase 75% mengatakan Ya, 2 orang dengan persentase 7,14% menyatakan tidak, dan sisanya 5 responden dengan persentase 17,86 % menyatakan ragu. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat kota Bulukumba gemar melakukan gotong royong.

Tabel 2

Pemerintah juga ikut bergotong royong

No

Jawaban Responden

Frekuensi

Persen(%)

Keterangan

1

Ya

12

42.86

2

Tidak

5

17.86

3

Ragu

11

39.29

Menurut hasil kuesioner dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 21 responden dengan persentase 42,86 % menyatakan ya, 5 responden dengan persentase 17,86%, dan 11 responden dengan persentase 39,29% menyatakan ragu. Hal ini menunjukkan bahwa keikut sertaan pemerintah dalam perilaku gotong royong kurang maksimal.

Tabel 3

Pentingnya gotong royong dalam kehidupan sehari- hari

No

Jawaban Responden

Frekuensi

Persen(%)

Keterangan

1

Ya

28

100

2

Tidak

0

0

3

Ragu

0

0

Menurut hasil kuisioner mengenai tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 28 responden dengan persentase 100% menyatakan ya. Hal ini menunjukkan bahwa gotong royong itu penting dalam kehidupan sehari- hari.

Tabel 4

Bergotong royong dapat menjalin hubungan silaturahim

No.

Jawaban Responden

Frekuensi

Persen(%)

Keterangan

1

Ya

27

96.43

2

Tidak

0

0

3

Ragu

1

3.57

Menurut hasil kuisioner dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 27 responden dengan persentase 96,43 % yang menyatakan ya, 0 responden yang mengatakan tidak, dan 1 hanya responden dengan persentase 3,57% menyatakan ragu. Hal ini menunjukkan bahwa bergotong royong dapat menjalin hubungan silaturahim antara sesama masyarakat.

Tabel 5

Adanya perintah khusus dari pihak pemerintah untuk melakukan kegiatan gotong royong

No

Jawaban Responden

Frekuensi

Persen(%)

Keterangan

1

Ya

10

35.71

2

Tidak

11

39.29

3

Ragu

7

25

Menurut hasil kuesioner dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 10 responden dengan persentasi 35,71% yang menyatakan ya, 11 responden dengan persentase 39,29 % yang mengatakan tidak, dan 7 responden dengan persentasi 25 % yang mengatakan ragu. Hal ini menunjukan bahwa pemerintah jarang melakukan perintah khusus kepada warga masyarakat.

Tabel 6

Kegiatan gotong royong dapat membuat pembangunan di Bulukumba maju

No

Jawaban Responden

Frekuensi

Persen(%)

Keterangan

1

Ya

28

100

2

Tidak

0

0

3

Ragu

0

0

Menurut hasil kuesioner dari tabel di atas dapat dapat diketahui bahwa semua responden yang berjumlah 28 responden menyatakan ya, dengan persentase 100%. Hal ini kegiatan gotong royong dapat membuat pembangunan di Bulukumba menjadi lebih maju.

Tabel 7

Dapat menghayati nilai-nilai yang terdapat dalam budaya gotong royong

No

Jawaban Responden

Frekuensi

Persen(%)

Keterangan

1

Ya

28

100

2

Tidak

0

0

3

Ragu

0

0

Menurut hasil kuesioner dari tabel di atas dapat diketahui bahwa semua responden yang berjumlah 28 responden menyatakan ya, dengan persentase 100%. Hal ini menunjukkan bahwa semua responden dapat menghayati nilai-nilai yang terdapat dalam budaya gotong royong.

Tabel 8

Kegiatan gotong royong rutin dilaksanakan di Kota Bulukumba

No

Jawaban Responden

Frekuensi

Persen(%)

Keterangan

1

Ya

13

46.43

2

Tidak

10

35.71

3

Ragu

5

17.86

Menurut hasil kuesioner dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 13 responden dengan persentase 46,43% yang menyatakan ya,10 responden menyatakan tidak dengan persentasi 35,71% dan 5 responden menyatakan ragu dengan persentase 17,86%. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan gotong royong kurang rutin dilaksanakan di Bulukumba maju.


Tabel 9

Terdapat kegiatan gotong royog pada acara perkawinan di Kota Bulukumba

No

Jawaban Responden

Frekuensi

Persen(%)

Keterangan

1

Ya

22

78.57

2

Tidak

1

3.57

3

Ragu

5

17.86

Menurut hasil kuesioner dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 22 responden dengan persentase 78,57% yang menyatakan ya, hanya 1 responden menyatakan tidak dengan persentasi 3,57% dan 5 responden menyatakan ragu dengan persentase 17,86%. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan gotong royong pada acara perkawinan cukup banyak dilaksanakan di Kota Bulukumba.

Tabel 10

No

Jawaban Responden

Frekuensi

Persen(%)

Keterangan

1

Ya

24

85.71

2

Tidak

1

3.57

3

Ragu

3

10.71

Gotong royong masih dibutuhkan pada era modern. Menurut hasil kuesioner dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 24 responden dengan persentase 85,71% yang menyatakan ya, hanya 1 responden menyatakan tidak dengan persentasi 3,57% dan 3 responden menyatakan ragu dengan persentase 10,71%. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan gotong royong masih dibutuhkan pada era modern ini.

Tabel 11

Pemerintah perlu membuat peraturan perundang-undangan tentang kegotong

No

Jawaban Responden

Frekuensi

Persen(%)

Keterangan

1

Ya

17

60.71

2

Tidak

4

14.29

3

Ragu

7

25

Menurut hasil kuesioner dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 17 responden dengan persentase 60,71% yang menyatakan ya, 4 responden menyatakan tidak dengan persentasi 3,57 dan 7 responden menyatakan ragu dengan persentase 25%. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan gotong royong masih dibutuhkan pada era modern ini.

Tabel 12

Pemerintah memiliki program kegiatan gotong royong secara rutin dilaksanakan

No

Jawaban Responden

Frekuensi

Persen(%)

Keterangan

1

Ya

10

35.71

2

Tidak

7

25

3

Ragu

11

39.29

Menurut hasil kuesioner dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 10 responden dengan persentase 35,71% yang menyatakan ya, 7 responden menyatakan tidak dengan persentasi 25% dan 11 responden menyatakan ragu dengan persentase 39.29%. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat ini pemerintah harus memiliki program kegiatan gotong royong secara rutin.

Tabel 13.

Semua elemen atau lapisan masyarakat harus berpartisipasi dalam kegiatan gotong royong

No

Jawaban Responden

Frekuensi

Persen(%)

Keterangan

1

Ya

26

92.86

2

Tidak

0

0

3

Ragu

2

7.14

Menurut hasil kuesioner dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 26 responden dengan persentase 92.86% yang menyatakan ya, tidak ada responden menyatakan tidak dan 2 responden menyatakan ragu dengan persentase 7.14%. Hal ini menunjukkan bahwa semua elemen atau lapisan masyarakat harus berpatisipasi dalam kegiatan gotong royong.

Tabel 14

Pada hari libur saja gotong royong dapat dilaksanakan

No

Jawaban Responden

Frekuensi

Persen(%)

Keterangan

1

Ya

9

32.14

2

Tidak

18

64.29

3

Ragu

1

3.57

Menurut hasil kuesioner dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 9 responden dengan persentase 32.14% yang menyatakan ya, 18 responden menyatakan tidak dengan persentase 64.29% dan 1 responden menyatakan ragu dengan persentase 3.57%. Hal ini menunjukkan bahwa tidak selamanya kegiatan gotong royong itu dilakukan pada hari libur.

Tabel 15

Budaya gotong royong bermanfaat untuk dilestarikan kepada generasi akan datang

No

Jawaban Responden

Frekuensi

Persen(%)

Keterangan

1

Ya

28

100

2

Tidak

0

0

3

Ragu

0

0

Menurut hasil kuesioner dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 28 responden dengan persentase 100% yang menyatakan ya,. Hal ini menunjukkan bahwa budaya gotong royong bermanfaat untuk dilestarikankepada generasi yang akan datang.

Tabel 16

Budaya gotong royong dapat bertahan di era globalisasi

No

Jawaban Responden

Frekuensi

Persen(%)

Keterangan

1

Ya

8

28.57

2

Tidak

3

10.71

3

Ragu

17

60.71

Menurut hasil kuesioner dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 8 responden dengan persentase 28.57% yang menyatakan ya, 3 responden menyatakan tidak dengan persentase 10.71% dan 17 responden menyatakan ragu dengan persentase 60.71 %. Hal ini menunjukkan bahwa sebahagian masyarakat meragukan bertahannya budaya gotong royong di era globalisasi.

B. Pembahasaan

Dari analisis data menunjukkan gotong royong di kalangan masyarakat perkotaan masih dianggap penting untuk mempererat hubungan silaturahmi, dan meringankan beban. Namun pada era globalisasi, masyarakat semakin maju dan memiliki aktivitas yang berbeda dan serba sibuk.

Berdasarkan penelitian kami, masyarakat Bulukumba khususnya daerah perkotaan masih sadar akan pentingnya gotong royong,misalnya dalam acara pernikahan, pembersihan lingkungan sekitar, dll.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasaan dapat disimpulkan bahwa:

1. Masyarakat Bulukumba khususnya masyarakat perkotaan masih memerlikan kegiatan gotong royong.

2. Adapun bentuk- bentuk dari kegiatan gotong royong yang sering kita temukan dalam kehidupan sehari- hari, antara lain:

Ø Acara pada perkawinan

Ø Membersihkan lingkungan sekitar

Ø Membangun fasilita- fasilitas umum, dll.

B. Saran

Adapun saran yang ingin kami sampaikan yaitu:

1. Dari hasil penelitian, kami mengharapkan agar masyarakat dapat meningkatkan kesadarannya dalam kegiatan bergotong royong.

2. Kami mengharapkan dari pemerintah agar mengeluarkan Perda yang mengatur tentang kegiatan pergotong royongan . Karena kegiatan gotong royong ini sudah mulai terkikis di era modern sekarang ini.

3. Kami berharap agar penelitian ini dilanjutkan atau digali secara lebih dalam dan meluas.


DAFTAR PUSTAKA

Andrain, Harles 1992. Kehidupan Politik dan Perubahan Sosial. Tiara Wacana : Yogyakarta.

Ditjen Diknasmen .2004. Pelajaran Pengetahuan Sosial Kelas IX . Depdiknas: Jakarta.

Louer, H. Robert. 1993. Perspektif Tentang Perubahan Sosial. Rineka Cipta: Jakarta.


LEMBAR PENGESAHAN

Karya Ilmiah yang berjudul

IMPLEMENTASI PERILAKU GOTONG ROYONG DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT PERKOTAAN

BULUKUMBA

Telah dibaca dan disetujui pada 5 Mei 2007

Oleh

Pembimbing I Pembimbing II

……………………………. ……………………………..

INSTRUMEN PENELITIAN

IMPLEMENTASI PERILAKU

GOTONG ROYONG DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT PERKOTAAN BULUKUMBA

Biodata Responden

Nama :

Jenis Kelamin :

Pekerjaan :

Usia :

Tingkat pendidikan:

Petunjuk

1. Instrumen ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data mengenai topik di atas. Bapak/Ibu diharapkan dapat menjawab pertanyaan apa adanya sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

2. Jawablah pertanyaan dengan memberi tBapak/Ibu silang (X) pada opsi jawaban yang disediakan.

Daftar Pertanyaan

1. Menurut Bapak/Ibu apakah masyarakat Bulukumba gemar bergotong royong?

a.ya b.tidak c.Ragu

2. Apakah pemerintah ikut juga bergotong royong ?

a.ya b.tidak c.Ragu

3. Pentingkah gotong royong itu dalam kehidupan sehari-hari?

a.ya b.tidak c.Ragu

4. Apakah bergotong royong itu dapat menjalin silaturrahim antar keluarga, masyarakat ?

a.ya b.tidak c.Ragu

5. Apakah ada perintah khusus dari pihak pemerintah untuk melakukan kegiatan gotong royong?

a.ya b.tidak c.Ragu

6. Apakah kegiatan gotong royong dapat membuat pembangunan di Bulukumba lebih maju ?

a.ya b.tidak c.Ragu

7. Apakah Bapak/Ibu dapat menghayati nilai yang terdapat dalam budaya gotong royong?

a.ya b.tidak c.Ragu

8. Apakah kegiatan gotong royong rutin dilaksanakan di Kota Bulukumba?

a.ya b.tidak c.Ragu

9. Apakah gotong royong masih ditemukan pada acara kegiatan perkawinan di kota Bulukumba ?

a.ya b. tidak c.Ragu

10. Apakah gotong royong itu masih dibutuhkan pada era modern ?

a.ya b.tidak c.Ragu

11. Apakah pemerintah perlu membuat peraturan perundang-undangan tentang

kegotong royongan?

a.ya b.tidak c.Ragu

12. Apakah pemerintah memiliki program kegiatan gotong royong yang secara rutin dilaksanakan?

a. ya b. tidak c.Ragu

13. Apakah semua elemen masyarakat harus berpartisipasi dalam kegiatan gotong royong ?

a. ya b. tidak c.Ragu

14. Apakah pada hari libur saja gotong royong dapat dilakukan ?

a. ya b. tidak c.Ragu

15. Apakah budaya gotong royong bermanfaat untuk dilestarikan kepada generasi yang akan datang ?

a. ya b. tidak c.Ragu

16. Apakah budaya gotong royong dapat bertahan dalam era globalisasi?

a. ya b. tidak c.Ragu


Pembinaan Kelompok Ilmiah Remaja (KIR)

Sejak dini kita perlu melatih generasi kita melakukan penelitian. Banyak temuan yang diperoleh dari masa remaja yang mencengangkan dunia. Temuan piranti recorder oleh Thomas Alva Edison pada usia 12 Tahun menjadi contoh yang akurat.

Selama ini telah dilakukan sejumlah pelatihan KIR di Sulsel di bawah bendera Forum Komunikasi Pembina Kelompok Ilmiah Remaja (FKP-KIR) Sulsel. Pemda Bulukumba, SMAN 1 Bulukumba, SMAN 3 Palopo, SMA YPS Soroako adalah pihak secara rutin dalam 3 tahun terakhir ini telah melaksanakan pelatihan KIR. Temuan para remaja dalam pelatihan itu sangat mencengangkan.

Beberapa temuan yang telah diukir dalam kegiatan itu adalah Biodiesel dari Bunga Tanjung, Dodol Sukun, perilaku semut merah, ekstrasi Patikala, Punahnya semangat gotong royong, Ketidak pedulian lingkungan,  perilaku anak pantai, berbagai pestisida nabati (umbi gadum, pisang hutan), jus berbagai jenis buah terabaikan (dengeng, buah jeruk gugur, patikala) teh herbal dari tanaman obat tradisonal, dampak pilkada, perilaku pemilih pemula, prototipe parut kelapa model parabola, dan prototipe alat pengering tenaga surya. Masih sederet lagi temuan remaja kita.

Kegiatan Pelatihan KIR biasanya dikemas dalam bentuk Perkemahan Ilmiah Remaja (PIR) Regional atau dalam bentuk Pelatihan Penulisan Karya Tulis Ilmiah.

Kegiatan PIR yang dilakukan di Sulsel adalah PIR Nasional kedua di Maloni pada tahun 2004, PIR Regional Sawerigading I di Kab. Luwu Utara, PIR Regional I Bulukumba Tahun 2006, PIR Regional II Bulukumba 2007, dan PIR Regional Takalar 2007. Dalam bentuk pelatihan telah dilaksanakan di beberapa tempat antara lain SMAN 3 Palopo, SMAN 5 Makassar, SMAN 1 Bulukumba, SMAN 2 Sengkang, SMA YPS Soroako, SMAN 1 Belopa, SMAN 10 Makassar, SMAN 1 Takalar, dan Peserta Belajar Paket C yang dilaksanakan oleh BPPNFI Regional IV. Kegiatan ini dilaksanakan dengan mengacu kepada konsep yang dikeluarkan oleh LIPI Jakarta melalui kegiatan PIR, LKIR, dan program pembinaan lainnya.

FKP-KIR Sulsel diketuai oleh Drs. Muhammad Hasri, M. Hum., sekretaris Drs. Muh. Jasri DJangi, M. Si, dan ketua Dewan Pakar adalah Dr. H. A. Wahyuddin Latunreng, M. BA. dari LIPI Jakarta. Lembaga ini menyediakan narasumber untuk kebutuhan pelatihan KIR. Narasumber yang ada telah profesional di bidangnya dibuktikan dengan dilibatkannya sebagai instruktur dalam kegiatan PIR yang dilaksanakan atas kerja sama LIPI Jakarta baik tingkat nasional maupun regional.

Salah satu kabupaten yang patut diacungi jempol adalah Pemda Bulukumba. Kabupaten ini telah menganggarkan dana pembinaan KIR dalam APBD. Hasilnya, Zulfahri, dari SMAN 1 Bulukumpa telah mewakili Indonesia ke India dalam kegiatan Temu Peneliti Muda dan Zaulfahri meraih predikat Peneliti Ternama.

Kontak person FKP-KIR: M. Hasri HP 081543085454, email Hasrilpmp@yahoo.co.id dengan sekretariat di Jln Adhiyaksa Makassar, Kantor BPPNFI.